Kangen Abah

Search This Blog

Foto Almaghfurlah Abah Yai Masruri (2)

June 08, 2017

Get link
Facebook
X
Pinterest
Email
Other Apps

Get link
Facebook
X
Pinterest
Email
Other Apps

Comments

Cerita Abah Berkenaan Ayat Laqod Ja'akum

DALAM satu pengajian kitab Al Ibriz, Abah menceritakan pengalaman pribadi berkenaan dengan ayat Laqod Ja’akum. Kepada para Ibu, dalam bahasa Jawa, Abah membeberkan kisah kala dirawat di salah satu rumah sakit di bilangan Jakarta. “ Kulo pun ngraosaken sanget. wekdal kulo dirawat teng jakarta niku, kulo niki tensi pun mudun. Duwure pun 30. Duwure. Cara nganu pun Kulo ukurane pun kliyeng-kliyeng. mboten nyemerepi tiyang. Tapi alhamdulillah, kulo tasih semerep. kulo Tasih sadar” “Lajeng kulo takon, ana apa si dok, mbuh kober temen sampeyan nandangi eyong “ “Sampeyan sadar, pirsa kulo ? “ kata dokter “ Geh pirsa. Namane sampeyan niku. Pripun si” tanya Abah “Drop pak, niki sampeyan tensine duwure mung 30” jelas dokter “Tapi kulo tasih kelingan. Lajeng kulo kelingan. Ya Allah kulo tasih pengen ngibadah dhuwure bumi. Kulo maos laqad jaaakum rasulum min anfusikum niki ping pitu. mundak sewidak, mundak sangangpuluh , mundak 120. Grek grek.” “Dadi kulo yakin, ayat niki mandi nemen. Lha w

Makna Lambang Pondok Pesantren Al Hikmah Brebes

Pondok Pesantren Al Hikmah Brebes Jawa Tengah memiliki lambang, berupa : bola dunia, dua sayap, menara, kubah masjid, bintang, tulisan QS Al Baqoroh ayat 269 dalam bentuk setengah lingkaran diatas kedua sayap. Berikut lambang Itu Arti dari tiap lambang dan warnanya. 1. Bola dunia : cakrawala dunia yang akan dijadikan medan perjuangan Pondok Pesantren Al Hikmah 2. Dua sayap warna kuning, dengan sembilan helai bulu di tiap sayap : siaga atau siap-siap menuju cita-cita. 3. Menara diantara dua kubah : jalan menuju cita-cita luhur 4. Bintang besar di puncak : cita-cita luhur 5. Kitab : pegangan 6. Bingkai lambang berbentuk segi empat : empat dasar hukum Islam yakni Al Qur’an, Al Hadist, Ijma’ dan Qiyas 7. Warna biru bola dunia : kedalaman 8. Warna merah menara : semangat yang membara 9. Warna kuning pada dua sayap : cahaya atau kecemerlangan 10. Warna hijau dasar lambang : kedamaian --- bahan bacaan : Majalah El Waha, Edisi XX

Perjalanan Abah Yai

L ahir dan tumbuh di desa Benda, Abah mengisahkan hikayatnya saat menuntut ilmu. Ketika usia sekolah dasar, Abah menempuh pendidikan dasarnya di kota Bumiayu. Langkanya kendaraan di masa itu, memaksa Abah berangkat dan pulang sekolah dengan berjalan kaki. Walau begitu, semangat belajar Abah tak pernah kendur. Sebagai bekal sekolahnya, Abah membawa sebutir telur. Nantinya, telur itu akan dijual di tengah jalan, dan uang hasil penjualan itulah yang menjadi uang saku Abah. Setamat sekolah dasar, Abah muda meneruskan pendidikannya di beberapa Pesantren tanah air. Tercatat, beliau pernah belajar di Rembang (1959-1961) pada beberapa guru seperti Syaikhuna Bisri Musthofa dan Syekh Masduki Lasem, kemudian nyantri di Tambak Beras hingga tahun 1966. Di Tambak Besar, Abah antara lain belajar pada Syekh Fatah Hasyim.

Puasa Para Wali

foto : burhnfadlie.blogspot.co.id Oleh : Almaghfurlah Abah KH Moch, Masruri Abdul Mughni DALAM Alquran kata shiyam disebut delapan kali. Pada surat Al-Baqarah ayat 183, 187, dan 196 dua kali. Surat An-Nisa: 92, Al-Maidah: 89 dan 95 serta surat Al-Mujadalah: 41. Kata shaum disebut satu kali yaitu di surat Maryam: 26. Kata shaimin disebut satu kali di surat Al-Ahzab: 35. Shaimat disebut satu kali dalam surat Al-Ahzab: 35. Tashumu disebut satu kali dalam Al-Baqarah: 184. Falyashumhu disebut satu kali di Al-Baqarah: 185. Tiga belas kata shiyam atau shaum artinya sama, yaitu menahan makan, minum dan berhubungan seks di siang Ramadan. Hanya satu yang artinya berbeda yaitu kata shaum (QS Maryam: 26) yang artinya meninggalkan bicara. Fakta dan kenyataan di dunia menunjukkan manusia lebih banyak shiyam. Yang menjalankan shaum hanya para wali yaitu tidak sekadar meninggalkan makan, minum dan berhubungan seks, tetapi juga meninggalkan bicara yang tidak ada artinya. Dengan puasa, para wali

Al Qur'an Menjawab

Oleh : Almaghfurlah Abah KH. Mochammad Masruri Abdul Mughni KISAH kemukjizatan Alquran tidak hanya terjadi di zaman Nabi. Saya ingin mengungkapkan dua peristiwa sejarah yang mungkin akan semakin menambah keyakinan kita terhadap keagungan Alquranul Karim. Ada seorang Mesir yang menjadi dokter spesialis kandungan. Karena nilai ujian akhirnya cum laude, ia diterima menjadi dokter kandungan di Amerika Serikat. Di Amerika, dia berteman dengan seorang dokter nonmuslim yang asli negara superpower itu. Suatu hari, ada kasus dua ibu hampir secara bersamaan melahirkan. Satu bayi berjenis kelamin laki-laki dan satu lagi perempuan. Karena kelalaian suster, kedua bayi tersebut tidak diberi label nama ibunya. Lalu timbul keributan mana ibu si bayi laki-laki dan mana ibu bayi perempuan. Kemudian dokter Amerika bertanya kepada dokter muslim dari Mesir. ’’Katanya Alquran lengkap. Katanya Alquran siap menjawab semua pertanyaan dunia?”. Ma farratna fil kitabi min syai’ (Tak sedikit pun perso

Metode Dakwah Wali Songo Sufi Nusantara

Ndalem Pengasuh ( foto : burhnfadlie.blogspot.co.id) Oleh : Abah KH. Mukhlas Hasyim, MA Dalam sejarah masuknya Islam ke Nusantara, Walisongo adalah perintis awal dakwah Islam di Indonesia, khususnya di Jawa, yang dipelopori Syeikh Maulana Malik Ibrahim. Walisongo adalah pelopor dan pemimpin dakwah Islam yang berhasil merekrut murid-murid untuk menjalankan dakwah Islam ke seluruh Nusantara sejak abad ke-15. Walisongo terdiri dari sembilan wali; Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Drajat, Sunan Muria, Sunan Gunung Jati, dan Sunan Kalijaga. Perkataan wali sendiri berasal dari bahasa Arab. Wala atau Waliya yang berarti qaraba yaitu dekat, yang berperan melanjutkan misi kenabian. Dalam Al-Qur’an istilah ini dipakai dengan pengertian kerabat, teman atau pelindung. Al-Qur’an menjelaskan: “Allah pelindung (waliyu) orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, peli

Kisah Tentang Thoriqoh 'Presiden'

SATU WAKTU , tak jauh dari tahun 1923. Kiai-Kiai desa Benda bermaksud berbaiat thoriqoh. Untuk itu, satu dua Kiai sowan simbah Dalhar, ngaturi beliau rawuh ke Benda. Usai berbincang, simbah Dalhar menyanggupi ke Benda. Benarlah. Pada hari ‘H’, Kiai-Kiai desa Benda berkumpul di tempat yang ditentukan. Namun, tamu yang dinanti, Simbah Dalhar tak kunjung datang. Selang beberapa minggu, satu dua utusan dari Benda kembali sowan ke Simbah Dalhar. Sekaligus, menanyakan ihwal ketakdatangan beliau ke Benda. Saat ditanya, apakah beliau sakit ketika itu. Simbah menjawab tidak. Apakah ada ‘udzur syar’I yang menjadi alasan beliau tak datang. Tidak juga. Simbah Dalhar justru menjawab lain. “ Aku ora wani” (saya tidak berani-red) Menurut Simbah Dalhar, Kiai-Kiai Benda thoriqohnya sudah presiden. “ Masa aku yang layaknya bupati mau melantik presiden, aku ndak berani tho” Jawaban Simbah Dalhar mengandung isyarat. Kiai-Kiai Benda tak perlu berbaiat thoriqoh kepadanya. Sebab sudah men

Tweets by kangenabah

Powered by Blogger

Foto Almaghfurlah Abah Yai Masruri (2)

Comments

Post a Comment